Apel penutupan dilaksanakan pada waktu itu, seluruh peserta dibariskan di lapangan upacara sebelah Tugu Rengas Dengklok. Kata-kata sambutanpun diluncurkan dari mulut kakak-kakak pantia. Dia bilang, "Selamat, kalian hebat!". Setelah beberapa kalimat terucap, resmilah kegiatan ini ditutup.
Kemudian pengumuman pemenang perlombaanpun dilaksanakan. Beberapa pengumuman perlombaan telah terucapkan namun kami belum mendapatkan satu pialapun, oh sedihnya :(. Saat-saat sedih tersebut nama salah satu sangga dari pasukan kami tersebut sebagai juara dua lomba pengetahuan peta dan kompas. Kami kaget, yang benar saja. Karena dalam lomba kali ini pasukan kami tidak ada persiapan yang benar-benar matang.
Itulah saat piala pengetahuan diterima oleh masing-masing pemenang. Tak hanya itu saja, kami mendapatkan lebih dari satu piala. Keseluruhan yang didapatkan adalah sebanyak empat piala.
Kemudian pengumuman pemenang perlombaanpun dilaksanakan. Beberapa pengumuman perlombaan telah terucapkan namun kami belum mendapatkan satu pialapun, oh sedihnya :(. Saat-saat sedih tersebut nama salah satu sangga dari pasukan kami tersebut sebagai juara dua lomba pengetahuan peta dan kompas. Kami kaget, yang benar saja. Karena dalam lomba kali ini pasukan kami tidak ada persiapan yang benar-benar matang.
Itulah saat piala pengetahuan diterima oleh masing-masing pemenang. Tak hanya itu saja, kami mendapatkan lebih dari satu piala. Keseluruhan yang didapatkan adalah sebanyak empat piala.
Tak terasa, setelah berjalan dua hari kamipun sampai di tempat tujuan, yaitu Rengas Dengklok. Sesampainya di Dengklok, kami langsung menuju rumah yang dulunya menjadi tempat singgah Ir. Soekarno, yaitu seorang poklamator kemerdekaan Indonesia. Rumahnya tidak jauh dari Tugu Rengas Dengklok.
Gambar di bawah ini adalah sesaat kami berada di dalam Rumahnya. Tampak sederhana memang. Tapi aman untuk bersembunyi pada waktu itu.
Tak hanya dijadikan tempat persembunyian saja, tapi rumah ini dijadikan sebagai tempat perumusan naskah teks proklamasi pada tanggal 16 Agustus 1945 oleh Mr. Ahmad Soebarjo dan Drs. Moh. Hatta, dan ditulis tangan oleh Ir. Soekarno. Dan teks proklamasi tersebut kemudian dibacakan di jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.10 waktu setempat.Di tengah-tengah perjalanan dari widegame menuju Rengas Dengklok, kak Arnila Sari menyempatkan untuk mendokumentasikan perjalanannya di sebelah parit. Tampak di belakangnya terdapat kakak-kakak se-pasukan yang sedang beristirahat. Perjalanan kali ini lebih dekat dibanding kemarin yang sangat menguras tenaga.
Di sini, kami terdiam sejenak, sambil menikmati sejuknya terpaan angin yang membuat kantuk. Tak berapa lama kemudian kami melanjutkan perjalanan. Kami sengaja tidak beristirahat terlalu lama, karena kami takut ketiduran di tengaah persawahan :D
Setelah berjam-jam menunggu, akhirnya giliran kamipun tiba, kami langsung bergegas memasuki area widegame. Di sana tentunya banyak game-game seru yang menggantikan kejenuhan kami saat menunggu tadi. Kami lihat banyak dari sangga lain yang sedang menikmati game tersebut. Sebelum kami terjun ke lapangan game, kami sempat diberi pengarahan dan sedikit obat jenuh dari panitia perlombaan.
Gambar di bawah ini adalah salah satu dari permainan yang ada di widegame pada Lintas Medan 2013. Jeni Susanti, ya itulah namanya. Ia mencoba permainan scroll down menggunakan tali webbing.
Tragedi yang takkan pernah terlupakan pada saat itu adalah ketika Pasukan Putera kami salah mendirikan tenda begitupun tempatnya. Kita memang membuat bivak selain tenda dom, tetapi bivak kami berada di kawasan komplek putri, mengapa? karena lahan untuk putera sudah teramat penuh. Saat itu pula Pantia menceramahi kami. Iya tenda dom, kami salah membawa tenda, parahnya lagi kami telah salah menempatkannya. Kali ini bukan di komplek putera maupun komplek Puteri. akan tetapi di sebuah halaman rumah pemilik kios dadakan (yang saat itu juga dijadikan hotel dadakan). ya, karena pada pukul setengah dua belas hujan deras menghancurkan keheningan, dan membuat berhamburannya peserta Lintas Medan yang sedang asyik menikmati malam, dan yang sedang wisata mimpi.
Di tengah perjalanan rasa lapar mulai mengganggu, sampai akhirnya kami rela menghancurkan nasi yang telah kami bungkus dengan cara mengunyahnya. Entah bagaimana, perutpun terasa terganjal. mungkin ini yang dinamakan "kenyang".
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kami kembali, karena menuju Rengas Dengklok masih jauh. Namun langkah kami kali ini agak sedikit lamban, karena beban dalam tubuh kami menambah :D
-Ragu - ragu kembali tabah sampai akhir-
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kami kembali, karena menuju Rengas Dengklok masih jauh. Namun langkah kami kali ini agak sedikit lamban, karena beban dalam tubuh kami menambah :D
-Ragu - ragu kembali tabah sampai akhir-
Lima
sangga menuju medan tempur yang berawal dari Lapangan Karang Pawitan
sampai Rengas Dengklok. Perjalanan diperkirakan dua hari satu malam.
Saat itu pada tanggal 12 Oktober 2013.
Peserta keseluruhan berasal dari Penegak dan Pandega Karawang.
-Ragu - ragu kembali tabah sampai akhir-
Peserta keseluruhan berasal dari Penegak dan Pandega Karawang.
-Ragu - ragu kembali tabah sampai akhir-